ANTIMIKROBA ALAMI PADA MAKANAN
Makanan atau bahan pangan merupakan kebutuhan
pokok manusia, karena perannya sangat penting untuk sumber tenaga, pertumbuhan
tubuh, serta melindungi tubuh dari penyakit.
Dalam makanan terdapat sumber energi dan berbagai zat gizi untuk
mendukung hidup manusia, tetapi makanan juga menjadi wahana bagi unsur pengganggu
kesehatan manusia, berupa unsur yang secara alamiah telah menjadi bagian dari
makanan, maupun masuk ke dalam makanan dengan cara tertentu (BPOM, 2003). Kerusakan
pada bahan pangan dapat terjadai karena adanya aktivitas mikroorganisme yang
dipengaruhi oleh faktor pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu, oksigen,
kelembaban, dll. Aktivitas mikroorganisme
dapat dikendalikan secara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan antiseptik,
disinfektan, senyawa antimikroba (kemoteurapeutik) dari bahan alami maupun
sintetik.
Antimikroba merupakan zat yang mampu membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Komponen antimikroba terdapat dalam
bahan pangan melalui salah satu dari berbagai cara, yaitu terdapat secara
alamiah didalam bahan pangan, ditambahkan secara sengaja kedalam makanan dan
terbentuk selama pengolahan atau oleh jasad renik yang tumbuh selama fermentasi
pangan (Fardiaz, 1992). Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme
(microbicidal) atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic).
Fungsinya memperpanjang umur simpan dan
sebagai pencegah terjadinya kerusakan makanan sebelum dikonsumsi.
Ada berbagai macam antimikroba dalam makanan misalnya,
yang ada secara alami didalam makanan; phytoalexins, asam organik, komponen
fenolik, minyak esensial dan antimikroba sintetik (buatan) yang sering
ditambahkan dalam pengawetan yaitu; komponen asam benzoat, komponen asam
asorbat, komponen sulfit, belerang dioksida, nissin, komponen asam nitrat,
lisozim hidroklorida, dll.
Mekanisme kerja dari suatu bahan
antimikroba terjadi pada bagian sel terutama pada bagian membran/dinding sel,
oleh karena itu matinya sel karena bahan antimikroba disebabkan oleh rusaknya
membran sel. Menurut Pelczar (2008) kerusakan sel oleh bahan antimikroba adalah
sebagai berikut:
- Perusakan dinding sel bakteri
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen
lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan
perubahan komposisi penyusun dinding sel. Fungsi dari dinding sel adalah
mengatur pertukaran zat dari luar ke dalam sel serta melindungi sel dari
pengaruh dari luar yang tidak menguntungkan. Kerusakan dinding sel dapat
menyebabkan lisis atau menghambat sintesis komponen dinding sel. Struktur
dinding sel dapat rusak oleh zat antimikroba dengan cara menghambat
pembentukkannya atau dengan mengubahnya setelah terbentuk.
- Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di
dalam sel, mengatur aliran masuk keluarnya bahan-bahan lain serta memelihara
integritas komponen-komponen selular. Perubahan membran sitoplasma akan
menyebabkan kebocoran zat-zat nutrisi dalam sel yang akan memungkinkan
keluarnya ion anorganik penting, seperti nukleotida, koenzim dan asam amino.
Kerusakan pada membran ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
sel/matinya sel.
- Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Protein adalah komponen utama struktur sel, semua reaksi
metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang terbuat dari protein. Protein dan
asam nukleat memiliki peranan penting dalam kehidupan normal sel, sehingga bila
terjadi gangguan pada pembentukan fungsi dapat mengakibatkan kerusakan total
pada sel. Substansi bahan antimikroba dapat mengubah molekul protein dan asam
nukleat, yaitu mendenaturasikan protein dan asam nukelat sehingga merusak sel
tanpa diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi peka bahan kimia dapat
mengakibatkan koagulasi komponen-komponen sel.
- Penghambatan kerja enzim
Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika
mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur
enzim dengan komponen senyawa antimikroba. Setiap enzim yang ada pada sel merupakan
sasaran potensial untuk bekerjanya suatu bahan antimikroba. Banyak bahan
antimikroba telah diketahui dapat mengangu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini
dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sel sehingga dapat mengakibatkan
kematian sel.
- Penghambatan sintsesis asam nukleat
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam
nukleat (RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang
selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga
terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.
Beberapa antimikroba alami serta fungsinya didalam makanan:
Fitoaleksin
Fitoaleksin
adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat)
dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia
tertentu dan iradiasi dengan sinar UV. Dari sel-sel rusak dan nekrotik (sel yang mati sebelum
waktunya) akan dikeluarkan suatu zat yang berdifusi ke dalam sel sehat di
sekitarnya sehingga muncul respon dari sel sehat berupa pengeluaran
fitoaleksin. Fitoaleksin akan menjadi pertahanan tumbuhan saat
terakumulasi/menumpuk dalam jumlah yang cukup untuk mencegah perkembangan patogen. Beberapa contoh fitoaleksin
yang dihasilkan oleh tanaman adalah: capsidiol, momilakton Adan B, lubimin,
pisatin, medicarpin, rishitin, glyceollin, phaseolllin, phaseolidin, kievatone,
maackiain, resveratrol, dll.
Beberapa
senyawa fitoaleksin telah menjadi makanan fungsional bagi manusia. Hal ini
dikarenakan senyawa fitoaleksin memiliki aktivitas antioksidan, aktivitas anti-inflamasi, dapat menurunkan kolesterol, dan memiliki aktivitas anti-kanker sehingga dapat meningkatkan
kesehatan manusia. Salah satu senyawa fitoaleksin yang dimanfaatkan sebagai
suplemen adalah resveratrol. Senyawa ini dapat melindungi
jantung dan mencegah kanker
prostat
serta kanker
payudara.
Asam laktat
Bakteri asam laktat
digunakan secara alami pada makanan fermentasi sehubung dengan timbulnya cita
rasa (asidifikasi) akibat dari produksi asam laktat dan asetat. Bakteri asam laktat
memiliki kemampuannya memproduksi komponen antimikroba, khususnya bakteriosin
yang potensial menjadi biopreservatif menggantikan pengawet kimiawi pada bahan
makanan guna memperpanjang umur simpan produk. Kemampuan bakteriosin dalam
melakukan aktivitasnya sebagai biopreservatif dicapai oleh efek penghambatannya
terhadap mikroorganisme patogen yang berbahaya.
Asam Organik
Asam organik (asetat, laktat, malat, sitrat dan
sebagainya) merupakan subtansi alami dari berbagai jenis makanan. Aksi
antimikroba dari asam organik berdasarkan pada kemampuannya untuk menurunkan pH
dalam pangan dapat berfungsi sebagai asidulan atau pengawet, sementara garamnya
atau ester dapat menjadi antimikroba yang efektif pada pH yang mendekati
netral.
Komponen fenolik
Daun sirih didalam
aktivitasnya sebagai antimikroba mampu menghambat bakteri gram positif dan gram negatif. Senyawa yang
terkandung dalam ekstrak sirih yang diduga berperan sebagai antimikroba adalah
senyawa fenolik.
Minyak Essensial dan komponen-komponennya
Minyak esensial terdapat didalam berbagai macam
jenis tumbuhan. Komponen minyak esensial diketahui memiliki peran sebagai
antimikroba alami pada makanan contohnya; Minyak esensial jahe merah dan
lengkuas merah digunakan sebagai pengawet alami dalam industri pangan. Komponen
utama dari minyak esensial jahe merah adalah trimetyl-heptadien-ol, dan
lengkuas merah 1.8-cinoele, keduanya merupakan senyawa monoterpen
teroksidasi yang diduga bersifat antibakteri. Kedua turunan senyawa tersebut
terllibat pada berbagai mekanisme kerusakan membran sitoplasma bakteri,
mengkoagulasi komponen sel dan menggangu Proton Motive Force (PMF).
Berbagai macam antimikroba memang dikenal
sebagai pengawet dalam makanan baik antimikroba alami maupun tambahan. Bahkan
terkadang antimikroba tersebut dapat memberikan rasa yang lebih baik dan dapat memperbaik
status gizi dalam suatu makanan. Akan tetapi perlu diperhatikan dalam
penambahan dan pertunbuhan antimikroba didalam makanan, karena tak jarang penambahan atau pertumbuhan
antimikroba yang tidak sesuai menimbulkan efek toksik kedalam makanan.
Daftar Pustaka
Fardiaz, Srikandi. 1992. “Mikrobiologi
Pangan 1”. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Buckle, K. A. 1987.
“Ilmu Pangan”. UI-Press,Jakarta.
Koswara Sutrisno, 2009. “Pengawet
Alami Untuk Produk Dan Bahan Pangan”. e-bookpangan.com (diakses tanggal 11
oktober 2015)
Rialita Tita.dkk, 2015, “Aktivitas
Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) Dan
Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.Schum) Terhadap Bakteri Dan Perusak
Pangan)”. vol.35, no.1. Universitas
Padjajaran, Bandung
Permenkes RI. No.33 Thn 2012 “Tentang
Bahan Tambahan Pangan”.
Pelczar,
Michael J. ECS. Chan. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press.
BPOM. (2003). “Bahan Tambahan Pangan”. Direktorat SPKP, Deputi
III. Jakarta. Hal: 9
0 komentar:
Posting Komentar