TEKNOLOGI FERMENTASI YOGURTH
Susu fermentasi merupakan salah satu produk tradisional yang sudah
dikenal sejak ribuan tahun lalu dan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Sebenarnya, tidak seorangpun mengetahui dengan
pasti sejak kapan dan dimana asal mula ditemukannya susu fermentasi. Tetapi
sejak adanya domba yang tinggal di Mesopotonia sekitar 5000 tahun sebelum
Masehi, maka susu domba tersebut disimpan disuatu ruangan yang hangat, dan
biasanya terbentuk gumpalan susu. Diduga sejak itulah mulai dikenal produk
hasil fermentasi susu, dan kemudian berkembang lebih lanjut. Sebagai contohnya
ialah yoghurt yang mempunyai berbagai variasi misalnya diberi aroma,
buah-buahan, dikeringkan, dibekukan, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa,
produk fermentasi susu merupakan bagian yang penting dalam konsumsi makanan
bagi manusia dari berbagai bangsa di seluruh dunia.
Yoghurt adalah produk hasil olahan susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Komponen susu yang paling
berperan dalam pembuatan yoghurt adalah laktose dan kasein. Laktose digunakan
sebagai sumber energi dan karbon selama pertumbuhan biakan yoghurt dan pada prosesnya
menghasilkan asam laktat. Dengan terbentuknya asam laktat ini, keasaman susu akan
meningkat atau pH menurun. Kasein yang merupakan bagian protein yang terbanyak
dalam susu mempunyai sifat sangat peka terhadap perubahan keasaman/pH, sehingga
dengan penurunnya pH susu sampai ± 4,6, akan menyebabkan kasein tidak stabil
lalu terkoagulasi dan padatan tersebutlah yang disebut yoghurt.
Bahan baku utama pembuatan yoghurt adalah susu. Umumnya susu yang
digunakan berupa susu murni, susu skim, susu bubuk tanpa lemak, susu skim
kondesat, susu yang sebagian lemaknya telah dihilangkan ataupun kombinasi.
Pemekatan susu dilakukan dengan cara pemanasan sehingga kadar air berkurang
sekitar 15-20 persen. Untuk produksi skala besar digunakan tambahan padatan
susu tanpa lemak atau susu bubuk tanpa lemak.
Prosedur pembuatan yoghurt (Effendi. M.S, 2012):
1.
Susu dalam jumlah tertentu misalnya 500 ml dipanaskan sampai
mencapai suhu 90oC sambil diaduk-aduk dan dipertahankan suhunya
selama 10-15 menit, kemudian didingankan sampai suhu 43-45oC.
Inokulasi dengan starter yaitu biakan Streptococcus Thermophilus dan Lactobacillus
Bulgaricus sebanyak 3-5% atau dengan perbandingan 1:1 pada suhu 43-45oC
sedikit demi sdikit sambil diaduk supaya larut.
2. Campuran diletakkan ke dalam wadah-wadah steril yang sudah
disiapkan, kemudian tutup dengan aluminium foil dan diinkubasikan pada suhu 43oC
selama 4 jam atau pada suhu kamar selama 18 jam. Setelah inkubasi selesai,
yoghurt yang dihasilkan segera didingingkan dalam lemari es atau
dipasteurisasikan pada suhu 65oC selama 30 menit agar fermentasi tidak
terus berlanjut.
3. Pengamatan dilakukan dengan meliahat pH, kandungan asam laktat,
rasa, jumlah mikroba, protein dan kandungan laktosanya.
4.
Bila akan dikonsumsi bisa dicampur dengan sirup atau dengan gula
secukupnya.
Diagram.1 Alir pembuatan yoghurt
Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari pada susu segar.
Hal ini dikarenakan meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi
lainnya juga meningkat. Perubahan komponen gizi susu karena fermentas (Koswara.
S, 2009):
Sebelum
Fermentasi
|
Sesudah
Fermentasi
|
|
|
Menurun
|
Meningkat
|
Laktosa
|
Laktosa
|
Asam laktat
|
|
|
Asam organik
(suksinat,
fumarat,
benzoat)
Galaktosa,
Glukosa
|
Protein
|
Protein
|
Peptida, Asam
amino
|
Urea
|
Urea
|
Amonia
|
Lemak
|
Lemak
|
Asam lemak
rantai panjang, senyawa volatil
|
Vitamin
|
Vitamin
B12, C, Asam
Organik
(asam piruvat)
|
Vitamin asam
folat,
Asam nukleat,
senyawa
flavor,
komponen sel
bakteri
|
Keuntungan dan manfaat lain dari yoghurt adalah (Effendi. M.S, 2012):
· Mencegah
penyakit kanker
· Dapat
memperpanjang umur
· Membantu proses
pencernaan
· Cocok bagi
orang yang sedang menjalani diet rendah kalori
· Dapat membantu
proses penyembuhan lambung dan usus yang luka
· Konsumsi
teratur dapat membantu menurunkan kadar kolestrol dalam darah
Selain itu yoghurt dapat
dikonsumsi bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (lactose),
atau yang dikenal sebagai penderita "lactose intolerance". Karena
pada proses pembuatan yoghurt dapat menurunkan seperempat kadar gula susu yang ada,
maka bagi orang yang menderita "lactose intolerance", dapat
mengonsumsi yoghurt sebagai sumber bahan makanan yang bergizi.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, M,S. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Alpabeta.
Bandung
Koswara, S.
2009. Teknologi Pembuatan Yoghurt. Ebook Pangan
Rahman, A, dkk. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. IPB. Bogor
Sirait, C, H.
1984. Proses Pengolahan Susu Menjadi Yoghurt. Bogor. WARTAZOA. Vol.1 No.4.