Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 30 Maret 2016

Pemberian Suplemen Vitamin Pada Anak Prasekolah

Vitamin adalah zat organik kompleks yang berfungsi sebagai zat pengatur proses biokimiawi dan pemeliharaan sistem biologis tubuh (Tejasari, 2005). Vitamin dibagi menjadi vitamin larut air (B dan C) dan vitamin larut Lemak (A,D,E, dan K). Sebagian besar kandungan vitamin dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti buah dan sayur. Vitamin sangat dibutuhkan bagi semua golongan umur terutama anak-anak prasekolah yang masih dalam masa pertumbuhan.
Seiring berkembangnya teknologi IPTEK dan perubahan pola makan maka, dibuatlah suplementasi vitamin terutama bagi orang-orang yang membutuhkan dan memiliki difisiensi zat tertentu. Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi makanan, mengandung satu atau lebih sebagai berikut, yaitu vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau konsentrat, metabolit, konsituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan diatas. Suplemen makanan dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet hisap, tablet efervesen, tablet kunyah, serbuk, kapsul lunak, granula, pastiles, atau produk cair berupa tetes, sirup, atau larutan (BPOM, 1996). Berikut adalah daftar beberapa vitamin & mineral serta batasan yang diperbolehkan terkandung didalam suplemen berdasarkan keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.23.3644 :


No.
Nama
Batas maks/hari
1
Vitamin A
5000 UI
2
BetaKaroten
15 mg
3
Vitamin B
1100 mg
4
Vitamin B
250 mg
5
Vitamin B
12200 mcg
6
Vitamin B3:
Niasin
Niasinamida

100 mg
250 mg

7
Vitamin B6
6100 mg
8
Vitamin D
400 UI
9
Vitamin E
400 UI
10
Vitamin C
1000 mg
Pemberian suplemen vitamin bagi anak prasekolah, sering dilakukan oleh para orang tua dengan anggapan bahwa “anak akan menjadi lebih sehat dengan pemberian suplemen”. Di Belgia ditemukan bahwa masih banyak anak mengkonsumsi suplemen meskipun dapat memenuhi gizi hanya melalui makanannya (Huybrechts, L et al .2010). Hasil yang sama di Jerman menunujukkan rata-rata asupan vitamin dan mineral anak dapat dipenuhi hanya melalui asupan makanan (Picciano et al. 2007). Akibatnya anak yang mengkonsumsi suplemen diperkirakan dapat melebihi asupan mikronutrien dalam tubuhnya (Hathcock, J. 1997).
Sebenarnya suplementasi tidak diperlukan karena sebagian besar anak sudah dapat memenuhi kebutuhan gizinya melalui asupan makan kecuali, terjadi defisiensi zat tertentu pada anak sehingga memaksakan seorang anak harus mengkonsumsi suplemen untuk membantu jalannya fungsi tubuh. Berdasarkan penelitian (Sudargo, T. dkk. 2012) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan asupan makan dan status gizi antara anak yang diberikan suplemen dan yang tidak. Itu artinya, pemberian suplemen pada anak prasekolah yang memiliki status gizi baik tidak memerlukan suplemen.  

Daftar Pustaka
BPOM RI. 1996. Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. Nomor HK.00.05.23.3644. http://www2.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/final%20kep_lampiran.pdf (diakses tanggal 31 Maret 2016)
BPOM RI. 2005. Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan. Nomor HK.00.41.11.1381. file:///C:/Users/acer/Downloads/PER%20KBPOM_NO.HK.00.05.41.1381_Tentang%20TATA%20LAKSANA%20PENDAFTARAN%20S_2005.pdf (diakses tanggal 31 Maret 2016)
Hathcock, J. 1997. Vitamins And Minerals : Efficacy And Safety. Am J Clin Nutr 66 (2):427-37
Huybrechts, L et al .2010. High Dietary Supplement Intakes Among Flemish Preschoolers. Appetite 54:340-5
Picciano et al. 2007. Dietary Supplement Use Among Infants, Children, And Adolescents In The United States. Arch Pediatr Adolesch Med 161 (10):978-85
Sudargo. T, dkk. 2012. Faktor Ibu Dalam Pemberian Suplemen Pada Anak Prasekolah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol.8, No.4, 172:181. Yogyakarta
Tejasari. 2005.  “Nilai-Nilai Pangan”. Graha Ilmu. Yogyakarta